Secara terminologi, para ahli fisiologi tumbuhan sudah memberi batasan-batasan definisi tentang zat pengatur tumbuh, growth regulator, hormon, dan hara (nutrient).
Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan merubah proses fisiologi tumbuhan.
Hormon tumbuhan (plant hormone) adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon ditransportasikan dari bagian yang menghasilkan ke bagian tanaman yang lain.
Hormon tanaman dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yiatu: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan inhibitor. Masing-masing kelompok memiliki ciri yang khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologi tanaman. Hormon tanaman tidak bekerja sendiri di dalam tanaman. Pada kenyataanya hormon tidak berperan sendiri dalam pertumbuhan tanaman. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli membuktikan bahwa ada interaksi antar hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Auksin (auxin) berasal dari bahasa yunani yang artinya tumbuh. Adanya sesuatu zat yang dapat mengatur pertumbuhan ini awal mulanya diamati oleh Darwin dalam tahun 1897 dengan percobaan pengaruh penyinaran terhadap coleoptile (pucuk tanaman). Ketika penyinaran dilakukan pada ujung coleoptile, ujung coleoptile ini tumbuh mengikuti datangnya sinar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya suatu zat atau senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman mengikuti datangnya arah sinar.
Pada tahun 1919 Paal melakukan percobaan dengan menggunakan potongan pucuk coleoptile yang membentuk kurvatur. Pertumbuhan tanaman yang melengkung ini menunjukkan adanya sesuatu yang mengatur pertumbuhan tanaman yang dihasilkan dari ujung coleoptile.
Tahun 1928 Went menemukan sesuatu zat yang berperan dalam pertumbuhan tanaman akibat phototropisme dan pertumbuhan lainnya. Went kemudian mengatakan ungkapan yang kemudian sangat terkenal: ‘ohne wuchsstoff, kein wachtum’. Hasil penemuan berikutnya adalah ditemukannya indole acetic acid (IAA) oleh Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935).
Peranan Auksin
Berikut ini beberapa peranan auksin di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman:
- Merangsang perpanjangan sel
- Merangsang pembelahan sel di kambium dan, dalam kombinasi dengan sitokinin dalam kultur jaringan
- Merangsang diferensiasi floem dan xilem
- Memacu inisiasi akar pada stek batang dan akar lateral dalam pengembangan kultur jaringan
- Perantara dalam respon tropistic lentur dalam menanggapi gravitasi dan cahaya
- Pasokan auksin dari tunas apikal menekan pertumbuhan tunas lateral
- Penundaan penuaan daun
- Dapat menghambat atau merangsang (melalui stimulasi etilena) daun dan pematangan buah
- Dapat menginduksi pengaturan buah dan pertumbuhan pada beberapa tanaman
- Terlibat dalam mengasimilasi gerakan menuju auksin yang kemungkinan disebabkan efek transportasi pada floem
- Penundaan pematangan buah
- Mempromosikan berbunga di bromeliad
- Merangsang pertumbuhan bagian bunga
- Mendukung (via produksi etilen) karakter betina dalam bunga dioecious
- Merangsang produksi etilen pada konsentrasi tinggi