Usaha pertanian organik hadir sebagai penghasil buah sehat, bergizi, dan aman.
Sayuran dan buah-bauhan segar kini banyak dicurigai penuh pestisida, orang-orang beralih pada makanan siap saji yang belum pasti asal-usulnya. Kenapa harus beralih jika kita bisa menghasilkan kembali sayuran sehat kaya nutrisi?
Sebenarnya, jauh sebelum ditemukannya obat-obatan kimia sintesis dan pupuk kimia, para petani telah menerapkan sistem pertanian organik. Namun seiring berjalannya waktu, pengenalan bahan kimia di bidang pertanian membuat masyarakat berlomba-lomba menggunakan senyawa pestisida ketimbang pupuk alami demi alasan pamungkas “lebih praktis”. Untuk menghindari dampak negatif tersebut, diperlukan gerakan pertanian organik.
Nah, berikut akan kami jelaskan cara memulai usaha pertanian organik.
1. Persiapan Lahan
Agar pertanian organik berjalan lancar, diperlukan lahan yang terbebas dari obat-obatan kimia sintetis dan residu pupuk kimia. Proses pengalihan lahan konvensional menjadi lahan pertanian organik setidaknya membutuhkan waktu 1-3 tahun.
Lahan tetangga juga bisa menjadi penyebab terserangnya lahan pertanian organik. Hal tersebut bisa merusak lahan kita dengan zat-zat kimia yang mereka gunakan. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut, disarankan menanam tanaman pagar yang berfungsi sebagai penyerap bahan kimia dan gangguan hama lainnya.
2. Sistem Pengairan
Lahan pertanaian organik bisa saja tercemar bahan kimia dari air yang mengairinya. Agar produk organik terhindar dari racun-racun kimia maka pilihlah lahan yang pengairannya bersumber langsung dari mata air terdekat. Saluran irigasi yang lebih besar biasanya memiliki kadar residu kimia yang rendah. Selain itu, hindari menggunakan air dari limpahan sawah atau kebun konvensional. Jika sulit, Anda bisa juga membuat sendiri unit pemurnian air. Air irigasi ditampung pada sebuah wadah besar yang direkayasa kemudian digunakan untuk mengairi lahan organik.
3. Persiapan Benih Tanaman
Pilihlah benih dari tanaman terbaik. Benih yang digunakan haruslah benih organik. Jika sulit mendapatkannya, Anda bisa memperoleh benih dari perbanyakan sendiri. Bersihkan benih dari residu pestisida dan menyeleksi benih terbaik. Gunakan cara teradisional, mulai dari pengeringan benih hingga pengujian kecambah.
Benih hasil rekayasa genetika tidak bisa digunakan. Selain menyalahi aturan pertanian organik juga dapat menimbulkan dampak hilangnya varietas lokal.
4. Pemupukan Dan Penyuburan Tanah
Prinsip pertanian organik adalah penggunaan bahan kimia digantikan oleh pupuk organik (misalnya kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk hayati).
Penyubur tanah juga bisa diterapkan dalam pertanian organik yang dikenal sebagai pupuk hayati. Contoh pupuk hayati yang banyak dijual di pasaran adalah Biokulktur, EM4 dan lain sebagainya. Penggunaan bahan-bahan seperti belerang dan kapur juga masih diperolehkan dalam pertanian organik. Contoh bahan mineral yang boleh digunakan adalah: Batuan fosfat, dolomit, kapur khlorida, gipsum, dan natrium klorida.
5. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Konsep pengendalian hama terpadu merupakan cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama pertanian organik. Obat-obatan kimia seperti herbisida, fungisida, pestisida dan sejenisnya dilarang penggunaannya.
Anda bisa mengendalikan organisme pengganggu dengan cara memilih varietas yang cocok, rotasi penanaman, penerapan kultur teknis yang baik, misalnya pemupukan sanitasi lahan dan tidak menerapakan sistem monokultur pertanian.
6. Pasca Panen
Produk-produk organik sebaiknya dipisahkan dengan produk non organik. Jika perlu kemas ulang produk tersebut agar tidak tercemar dengan zat-zat kimia sintesis. Bersihkan produk dengan air yang dijamin mutu kebersihannya.
Agar produk hasil pertanian organik Anda mendapat kepercayaan dari konsumen maka diperlukan sertifikat pertanian organik. Banyak lembaga sertifikasi, baik yang berbayar maupun yang gratis. Jalinlah komunikasi yang baik dengan konsumen. Jika perlu, lakukan kampanye gerakan membeli pangan lokal.
7. Pemasaran Hasil Pertanian Organik
Seperti kebanyak peluang usaha, bisnis produk organik juga memerlukan teknik pemasaran. Menjalani bisnis hasil pertanian organik memanglah lebih mahal dibandingkan dengan hasil pertanian konvensional karena perawatan dan bahan-bahan harus dipastikan terhindar dari kontaminasi bahan kimia.
Untuk pemasaran Anda bisa menempuh cara-cara berikut:
Pasar Tradisional
Pasar tradisional bekerja melalui pedagang tengkulak dan pengepul kemudian sampai hingga pelosok desa. Kelebihannya adalah proses jauh lebih mudah karena para petani tidak perlu turun tangan langsung, bahkan biasanya para pedagang pengepul melakukan proses panen sendiri di lahan. Kelemahannya adalah harga yang ditawarkan jauh lebih rendah, terlebih ketika memakai sistem pembelian produk sebelum masa panen.
Pasar Modern
Untuk lingkup pasar modern, pelaku usaha bisa menjalin hubungan dengan pihak supermarket ataupun restoran terutama restoran Korea dan Jepang. Hubungan usaha pertanian organik dengan supermarket dan restoran bisa dengan mengajukan proposal dengan cara memberikan contoh produk-produk dan dokumen lainnya.
Penjualan Langsung
Selain cara di atas, bisa pula menempuh alternatif lain yakni pemasaran dengan penjualan langsung. Pelaku usaha pertanian organik dapat menjalin bisnis secara langsung dengan konsumen. Sebaiknya melakukan usaha pemasangan iklan di sosial media dan membagikan pamflet fisik pada tiap konsumen.
Paket hasil produk pertanian dikirimkan langsung pada konsumen yang sudah berlangganan. Sebaiknya membudidayakan beragam tanaman sehingga hasilnya tidak monoton dan bisa memuaskan konsumen.
Itulah informasi mengenai cara memulai usaha pertanian organik. Semoga informasi ini bermanfaat dan selamat bercocok tanam 🙂