Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar.
Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah.
Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya, gulma digolongkan menjadi empat:
gulma rerumputan (grasses weeds)
cirri gulma ini berdaun pita, perakaran serabut, batang hulat, pipih, berlubang, atau massif. Umumnya monokotil dari keluarga poaceae. Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan.
Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Gulma ini merupakan tumbuhan dikotil dan paku-poakuan. Kisalnya ceplukan, wedusan, dan sembung rambat.
Gulma golongan teki (sedges)
Gulma golongan inibersal dari keluarga cyperaceae, tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pita, batang bulat, segitiga, pipih, dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan titik tumbuhnya tersenbunyi. Misalnya teki dan udelan (cyperus kyllingia).
Gulma pakisan ( fern) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal ( Dryopteris aridus) dan pakis kinca (neprolepis biserata)
Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika dilihat dari waktu aplikasinya.
herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam tetapi tanah sudah dioleh.
Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan.
Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.
Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.
Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan sistemik.
a. Herbisida kontak akan mematikan jaringan gulma yang terkana. Herbisida ini diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk mengendalikan gulma setahun atau gulma semusim. Misalnya ceplukan (Physalis angulata L), wedusan atau babadotan (Angeratum conyzoides L.) dan bayam duri (amaratus spinosa L.). gulma ini akan mati scara keseluruhan bila kontan dengan herbisida ini. Namun, bial diaplikasikan pada gulma tahunan yang mati hanya bagian atasnya. Jadi hanya seperti dibabat. Sedangkan akarnya tetap hidup.
b. Herbisida sistemik diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian total. Maka dari itu aplikasinya dapat dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma tahunan (perennial weed) misalnya alang-alang, teki, dan sembung darta dangat efektif dikendalikan dengan herbisida sistemik.
Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif.
Herbisaida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan.
Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematikan hamper semua jenis tumbuhan.